Dampak Psikis Anak Menyaksikan KDRT
Pak, Bu, menjalani hidup berkeluarga bukanlah hal yang mudah bukan ?, karena ada banyak tantangan yang akan dihadapi, salah satunya perselisihan antara ibu dan bapak. Entah itu permasalahannya tentang keuangan, perselingkuhan, perbedaan pendapat atau lain halnya yang malah berujung kekerasan di dalam rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya berdampak psikologis terhadap korban yang mengalaminya loh Pak, Bu, tetapi bagi orang yang menyaksikannya juga, salah satu contohnya adalah anak. Karena peristiwa tersebut akan dilihat dan dirasakan secara langsung oleh anak, yang kemudian terekam jelas di memorinya dan akan selalu menempel di otaknya serta sulit untuk dihilangkan.
Nah, berikut ini ada beberapa dampak psikis yang akan dialami anak ketika ia menyaksikan KDRT. Yuk simak baik-baik ya Pak, Bu..
- Kecemasan
Pak, Bu, ketika anak mengalami atau menyaksikan KDRT, maka anak akan menjadi gelisah dan khawatir sehingga muncul kecemasan yang terus menerus dan akan mengganggu kehidupan dirinya sehari-hari loh. Salah satu contoh prilakunya ketika terjadi KDRT pada anak-anak prasekolah yaitu, meningkatnya perilaku menghisap jempol, mengompol, tangisan yang intens dan rewel pasca kejadian loh.
- Gangguan stress pasca trauma
Tau gak sih Pak, Bu, saat anak menyaksikan atau mengalami KDRT, ia akan mengalami trauma yang akan menyebabkan perubahan signifikan pada otak anak yang sedang berkembang. Sehingga perubahan tersebut dapat menyebabkan mimpi buruk pada anak, perubahan pola tidurnya, anak menjadi mudah marah, kesulitan berkonsentrasi, dan terkadang memiliki kemampuan meniru perilaku KDRT yang mereka saksikan/alami loh.
- Gangguan fisik/psikosomatik
Pak, Bu, akibat dari mengalami KDRT pada anak, sehingga menyebabkan terjadinya konsekuensi ketegangan mental. Nah, hal tersebut terkadang terlihat dari kesejahteraan fisik yang dirasakan anak. Seperti contohnya, ketika terjadi kepada anak-anak diusia sekolah, mereka akan sering mengeluhkan sakit kepala dan sakit perut. Dan jika terjadi pada bayi, maka akan ada resiko lebih tinggi untuk mengalami cedera fisik ketika terus menerus berada dalam situasi KDRT yang dilakukan oleh orang tuanya.
- Perilaku agresif
Pak, Bu, ketika anak menyaksikan atau mengalami KDRT, mereka cenderung bertindak dan bereaksi sebagai akibat dari situasi yang mereka alami loh. Contohnya, mereka bisa saja berkelahi, bolos sekolah, terlibat dalam aktivitas seksual, atau mencoba narkoba dan alkohol. Dan bahkan sangat mungkin loh mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum.
- Depresi
Tau gak sih Pak, Bu, secara jangka panjang, anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kasar dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang depresi. Karena mereka akan mengalami trauma akibat menyaksikan atau mengalami KDRT secara rutin, sehingga menempatkan anak-anak pada resiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, masalah konsentrasi, dan gejala depresi lainnya hingga dewasa loh.
- Mengulangi pola perilaku KDRT
Pak, Bu, ketika anak merasakan rasa sakit, kesedihan, dan kecemasan saat menyaksikan atau mengalami KDRT, maka akan berpotensi membuat siklus berulang. Misalnya, saat dewasa, mungkin saja ia akan melakukan kekerasan pada pasangannya setelah melihat ayahnya pernah melakukan tindakan KDRT saat dia berusia anak atau remaja.
Demikianlah beberapa dampak psikis yang akan didapatkan anak ketika mengalami atau menyaksikan tindakan KDRT. Perlu bapak dan ibu ingat, bahwa dampak psikis yang akan ditimbulkan dari perilaku KDRT, tidak memandang usia, karena semua anak rentan terhadap efek negatif tersebut. Nah, bagi bapak dan ibu yang sudah terlanjur terjadi permasalahan ini semoga menjadi pembelajaran dan tidak terulang lagi ya, karena kekerasan rumah tangga sifatnya bisa berulang. Dan bagi Bro and Sist muda-mudi yang kelak akan menjadi seorang bapak dan seorang ibu, alangkah baiknya ini menjadi wawasan bahwa pentingnya untuk tidak terjadi kekerasan dalam rumah tangga agar anak-anak kalian akan tumbuh dan berkembang dengan sehat secara tubuh, jiwa dan pikirannya.(*ran)