Tips Agar Terhindar dari Perasaan Marah
Dalam kehidupan sehari-hari selalu ada saja hal-hal yang membuat kita stress. Terlambat datang ke suatu acara, lupa membawa sesuatu yang penting, masalah keuangan, kesehatan, dan masih banyak lagi. Di tengah kondisi yang memusingkan itu muncul anak kita yang mengeluh kehilangan mainannya, atau tiba-tiba merengek minta ikut ke kantor, atau si kakak iseng mengganggu si adik, atau memang ia dengan sengaja membuat masalah. Lalu kita pun meledak.
Bila kita sedang dalam kondisi tenang tentunya kita bisa mengatasi semua masalah dengan anak-anak tadi dengan lebih baik. Namun saat kita diliputi kemarahan, secara fisik tubuh kita siap untuk membela diri bahkan salah satu caranya mungkin dengan berkelahi. Hormon dan neurotransmitter membanjiri tubuh kita, otot menegang, detak jantung berdetak kencang, nafas cepat, dan sulit untuk tetap tenang. Jika berada dalam kondisi ini tentu memarahi anak akan melampiaskan emosi dan membuat perasaan lega, namun kita semua tahu bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang benar-benar kita inginkan.
Berikut adalah tips agar terhindar dari perasaan marah terhadap anak :
- Tarik nafas dalam. Dalam keadaan emosi yang berlebih, tubuh akan merespon dengan cara mengaktifkan sistem saraf simpatik dan mengirimkan adrenalin dan zat kimia lainnya ke seluruh tubuh, sehingga meningkatkan denyut jantung, nafas lebih pendek dan membuat otot-otot menjadi tegang dan kaku.
Menarik nafas dalam-dalam dapat meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan memberikan efek menenangkan di otak. Ketenangan yang tercipta akan membuat orang tua cepat mengendalikan emosi dan rasa marah yang dirasakan.
- Berhenti sejenak dan kembali fokus. Jika anak terus membangkang terhadap perintah dan orangtua mulai merasa tidak dapat mengendalikan emosi, mundurlah sejenak dari pertarungan sambil menarik nafas dalam-dalam. Saat meninggalkan anak pastikan ia dalam posisi aman.
Cobalah untuk berhenti sejenak dan kembali fokus pada akibat jika kita meluapkan kemarahan. Pahami bahwa menasehati anak dalam kondisi marah bukanlah hal yang tepat. Menjauhlah dari anak supaya lebih tenang dan orang tua tidak tergoda untuk melakukan kekerasan padanya.
Cukup katakan dengan setenang mungkin Ayah atau Bunda sangat marah saat ini dan belum bisa bicara. Ayah atau Bunda akan ke kamar sebentar dan menenangkan diri.
- Dengarkan. Setiap anak pasti punya alasan mengapa mereka marah atau berbuat sesuatu yang membuat orang tua sampai kehilangan kesabaran. Setiap reaksi emosi yang ditimbulkan oleh anak pasti memiliki sebab atau alasan tertentu. Daripada keburu kesal coba tanyakan dengan suara tenang, kenapa anak berbuat demikian.
Dengarkan dulu penjelasan mereka. Sambil si kecil menjelaskan, tataplah matanya, genggamlah tangan mungilnya agar merasa dirinya diperhatikan dan dihargai oleh orang tua. Beri waktu untuk diri kita menenangkan diri dengan begitu keinginan untuk marah akan semakin berkurang.
- Hindari kekerasan. Cara yang baik untuk mengatasi rasa marah adalah dengan membatasi ekspresi kemarahan kita. Kita harus menetapkan aturan sebelum terjadi hal-hal di luar kendali untuk tidak melakukan kekerasan secara fisik maupun verbal.
Kekerasan fisik dapat berupa memukul, menjewer, mencubit, maupun tindakan lain yang berkaitan dengan tindakan menyakiti fisik lainnya. Berbagai penelitian pun telah membuktikan bahwa memukul memberikan dampak negatif pada perkembangan anak sampai ia dewasa nanti.
Kekerasan verbal berupa kata-kata kasar, teriakan dan ancaman. Kendalikan nada bicara dan pilihan kata Ayah Bunda. Ingat orang tua adalah teladan bagi anaknya, cara orang tua mengatasi situasi kemarahan akan dilihat dan ditiru oleh anak.
- Jangan terlalu berharap. Harapan orang tua yang terlalu tinggi terhadap anak dapat menyebabkan terlalu banyak kontrol yang orang tua lakukan pada anaknya sehingga memunculkan efek yang merugikan. Orang tua yang terlalu ambisius membuat anak-anak merasa cemas, frustasi, dan percaya dirinya menurun. Hal ini tentu akan berdampak pada kinerja mereka yang tidak sesuai dengan harapan orang tua.
Take it easy. Daripada marah, berteriak, frustasi, kesulitan mengendorkan pikiran, meredam perasaan, maupun mengatasi permasalahan, lebih baik ajarkan dan contohkan apa yang orang tua ingin anak lakukan. Kalau Ayah Bunda ingin mereka membereskan mainannya, ajak mereka dan ajarkan bagaimana caranya. Lakukan terus sampai anak terbiasa untuk melakukannya. (disarikan dari buku Don’t be Angry, Mom dr. Nurul Afifah)